Wednesday, January 17, 2007

SETELAH MEMBACA PUISI NYANYIAN KALA

Nyanyian Kala

kesepian yang mengulumku pada pagi

laksana angin bisu yang kelu

menghidangkan sunyi

dan menikam aku

dengan serta merta keresahan

kini siang menjadi petang yang tenggelam

mengadu waktu pada awan yang bergerak

inginkan duka membentang di dada

dan luka mengkoyak moyak ujung kalbu

saat aku lukiskan senja yang rapuh ini

jiwaku hanya bayangan kenangan

meraung kesakitan dan meredam resah

pada jalan

yang setiap jengkalnya

aku eja dengan terbata


Pertama kali saya membaca puisi-puisi Kozack saya hanya menangkap kesan yang biasa saja dari seorang anak muda usia 20-an yang puisinya berbicara tentang cinta remaja, perasaan sakit hati karena wanita, atau perasaan cinta yang meluap-luap. Tetapi ketika kemudian saya mengklasifikan bebarapa puisi yang saya anggap tidak cengeng dan berulangkali saya baca kembali puisi Kozack, langsung kesan itu hilang dengan cepat. Saya menangkap Kozack bukan hanya bersyair karena jatuh cinta atau di putus cinta seperti umumnya anak seusianya. Tetapi ada beberapa kegelisahan yang saya tangkap pada puisi. Entah tentang makna perjuangan, makna kemerdekaan, tentang kesendirian yang menyayat, tentang makna pahlawan, bahkan tentang kematian.

Apabila kita berhadapan dengan sebuah puisi otomatis dengan sendirinya akan muncul rasa ingin mengetahui apa isi puisi tersebut. Apakah apresiasi itu berupa bentuk pembacaan kembali, atau tanggapan berupa tulisan. Saya merasa kurang lengkap kalau hanya menanggapi puisi Kozack cuma dengan nyocot doang. Ada dua yang ingin saya coba omongkan di sini pertama dari bentuk fisik atau interinsik yaitu bangunan fisik puisi (baris, bait, rima, tipografi, bunyi) yang kedua dari bangunan mental atau ekstrinsik yaitu latar belakang puisi (ideologi tertentu, sosial, moral), tema, imaji, latar belakang penyair).

PERTAMA

Saya mulai dari bentuk bangunan fisik puisi ini : (baris bait, tipografi, rima, bunyi)

Dari bentuk fisiknya sekilas kita lihat puisi Nyanyian Kala tidak begitu menarik dan kurang menonjol, penggunaan tipografi yang biasa saja. Nampaknya dalam puisi Nyanyian Kala ini Kozack tidak begitu peduli dengan bentuk fisiknya. Padahal dalam pembuatan puisi bentuk tipografi paling tidak mewakili ide apa yang akan disampaikan oleh sang penyair. Misal suatu susunan tipografi yang rapi biasanya ide yang ingin disampaikan masalah ketenangan, kedamaian, atau suasanan senang. Begitu juga sebaliknya tipografi yang acak adul berantakan biasanya ingin menyampaikan suasana kacau, kesakitan, pemberontakan, kesenjangan, ketimpangan dll. Tipografi jelas diciptakan untuk menunjukkan sesuatu

Hendri Yetus Siswono
Direktur Siklusitu

No comments: